SMK5 PALU MEMUPUK SEMANGAT DI TENGAH KETERBATASAN



Cakrawala Sulawesi, Palu-

Tak berada di pusat kota menjadi tantangan SMK Negeri 5 Palu dalam banyak hal. Salah satunya di momen penerimaan peserta didik baru (PPDB) seperti saat ini. PPDB menjadi ajang para calon siswa dan orang tua untuk memilih sekolah-sekolah yang ingin dijadikan tempat melanjutkan pendidikan. Demikian pula sekolah yang berusaha memoles diri agar dapat menerima calon siswa sebaik-baiknya. Hal yang sama juga terjadi di SMK Negeri 5 Palu, sekolah ini punya cerita unik yang tersendiri. Jauh dari akses mobilitas menjadikan sekolah ini kesulitan untuk menjadi pilihan para siswa maupun orang tua dalam menyekolahkan anaknya. 

Padahal sekolah ini memiliki lingkungan yang sangat kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Selain letaknya yang jauh dari keramaian justru yang seharusnya menjadi pendukung terwujudnya kondisivitas belajar, juga dari segi prasarana untuk jurusan unggulan di sekolah ini sebenarnya sangat baik. 

Butuh kepemimpinan yang visioner untuk mengubah sekolah ini dari tantangan menjadi peluang. Apalagi sekolah menengah kejuruan diharapkan menjadi ujung tombak dalam mempersiapkan lulusan yang memiliki kemampuan yang bisa diterima di dunia kerja. 

Media Cakrawala Sulawesi berkesempatan mewawancarai wakasek kesiswaan Wayan Agus Irawan yang menceritakan realitas kondisi sekolah yang diakuinya kekurangan siswa ini. Kekurangan siswa ini menjadi dilema pendanaan operasional yang diterima. Kucuran dana BOS seperti diketahui dihitung berdasarkan jumlah asumsi siswa. Artinya bahwa makin banyak jumlah siswa  makin banyak pula kucuran dana BOS yang diterima begitupun sebaliknya. 

Wayan Agus Irawan

Agus menyebutkan kondisi jumlah ruang yang tersedia bisa menampung 300 hingga 400 calon siswa.  Ada 5 jurusan saat ini tersedia.  

"Jumlah (perbandingan) guru dengan jumlah siswanya masih lebih banyak jumlah gurunya. Masih sangat lebih dari kuota jam setiap guru untuk mata pelajaran produktifnya yang produktif yang umum juga begitu", bebernya kepada media ini. 

Adanya persepsi di masyarakat terkait sekolah unggul nampaknya masih sangat kuat padahal sistem pembelajaran tetap berpatokan pada kurikulum yang sama 

"Kurikulum kan tetap sama standarisasi dalam proses belajar mengajar itu Saya pikir sama mungkin yang membedakan ya sarprasnya saja barangkali karena prasarana di setiap sekolah ya Karena SMK 5 kalau mau dibandingkan dengan sekolah-sekolah SMK 1, SMK 2 atau SMK 3," jelasnya.

Agus membeberkan dari beberapa tahun jumlah siswa kita yang mendaftar di SMK 5 itu paling tinggi hanya pernah di angka 130 jadi faktor-faktor yang menyebabkan itu saya lihat sebenarnya "SMK SMK raksasa" yang besar-besar sudah "menghabiskan" jumlah calon siswa demikian besar, sehingga SMK 5 sendiri kehabisan pendaftar. Hal ini menyebabkan keberadaan SMK N Palu hanya sebagai pilihan kedua.  

Letak geografis SMKN 5 Palu dapat menjadi salah satu faktor. Banyak yang malah tidak tahu SMKN 5 itu di mana, atau mungkin memberinya cap sekolah pinggiran. Padahal dalam konteks pendidikan tidak ada dikotomi sekolah pinggiran atau sekolah unggulan. Walaupun Agus mengakui mungkin sekolah belum benar-benar memiliki daya jual yang masyarakat kenal sehingga melalui satu mungkin prestasi yang luar biasa.

"Yang namanya kecil dengan situasi kecil modal kecil kita mau bersaing dengan yang besar-besar itu memang effort-nya juga harus luar biasa pak kan", katanya. 

Selain letak geografisnya yang terpisah,  kemudian sekolah pendamping kita banyak sekali di bawah Saya punya ada SMA 5 kemudian ada SMK 6 di Mamboro.  Ada pula  SMK 8 Palu. Mungkin dari sisi kewilayahan dapat berkembang, tapi mungkin 5 tahun ke depan. 

Baca Juga: DAFTAR BEASISWA BERANI CERDAS, BEGINI CARANYA!!

Dari kondisi ini, seharusnya pemerintah dapat terlibat untuk menata, memastikan potensi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah bisa diketahui masyakarat. Pemahaman yang benar dari para calon siswa yang tidak mengandalkan semata ikut-ikutan pada saat mendaftar dan memilih sebuah sekolah.

"Kan begini, kalau kita berbicara juga psikologi anak di usia 15 tahun itu itu dia pasti lebih cenderung ikut teman-temannya kan pak.  Jarang ada anak di usia begitu dia bilang saya mau pilih di sini dengan pertimbangan A,B,C,D terlebih dahulu," 

Dari kondisi yang ada saat ini siswa sekolah yang berada di Bumi Roviga Kelurahan Tondo ini banyak  yang beradsal dari luar seperti dari Pantai Barat (Donggala).  (*)

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

أحدث أقدم
Post ADS 1
Post ADS 1